Fakultas Teknik (FT) UGM menggelar kuliah umum bertajuk “How to Minimize Drilling Risk , Rabu (19/10) di KPTU FT. Pada kesempatan kali ini, Fakultas Teknik mengundang President and Manager of Reservoir Engineering Services, GeothermEx,Inc., California – USA, Dr. Subir K. Sanyal sebagai pembicara.
Dalam kesempatan tersebut, Subir menyebutkan hampir lebih dari 70% lahan di Indonesia diketahui memiliki basis sumber daya geothermal lebih dari 50 MW dan hampir setengahnya (40) mempunyai basis sumber daya sekitar 100 MW bahkan lebih. Adapun sumur komersial bervariasi dalam kapasitasnya mulai dari 3 MW hingga lebih dari 40 MW dengan nilai rata-rata 9 MW.
“Nilai mean, median, dan produktivitas maksimum sumber daya geothermal di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan yang terlihat di kebanyakan negara. Kami memperkirakan kisaran produktivitas yang paling mungkin dari produktivitas sumur bor di seluruh dunia hanya mencapai kisaran 4-6 MW,” kata Subir.
Menurutnya, selain memiliki lahan dengan basis sumber panas bumi yang besar, Indonesia juga memiliki kapasitas panas bumi yang besar pula. Sementara biaya yang dikeluarkan untuk pengeboran per sumur jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara lainnya. “Oleh karena itu, risiko sumber daya yang ada secara keseluruhan dalam proyek panas bumi di Indonesia seharusnya juga bersifat lebih rendah daripada negara lainnya,” paparnya.
Lebih lanjut mengenai tingkat keberhasilan dalam pengeboran, dituturkan Subir keberhasilan suatu pengeboran rata-rata meningkat sejalan dengan semakin banyaknya jumlah sumur bor. Hal ini dikarenakan peningkatan dalam hal ukuran sampel dan dalam efek kurva belajar. Pada umunya tingkat keberhasilan penegboran berkisar antara 50-90 %, dengan lebih banyak rentang tipikal 60-70% dengan rata-rata sekitar 67%
“ Untuk Indonesia sendiri, tingkat keberhasilan pengeboran mencapai angka 63% seperti halnya di sebagian besar negara lainnya,” jelas Subir.
Sementara itu dituturkan Subir, terjadinya ketidakberhasilan pengeboran lebih banyak dikarenakan pada persoalan mekanik saat pengeboran. Selain itu juga dikarenakan rendahnya tekanan dalam waduk, waduk yang sempit, serta sejumlah persoalan lain yang berada di permukaan sumur bor. “ Temperatur yang tidak memadahi juga menjadi salah satu penyebab ketidaksuksesan ini,” tambahnya. (Humas UGM/Ika)
sumber : www.ugm.ac.id